Ketum PP PERTI Buya Syarfi Berziarah Ke Surau Inyiak Jaho

    Ketum PP PERTI Buya Syarfi Berziarah Ke Surau Inyiak Jaho

    Padang - -  Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), HM Syarfi Hutauruk hingga saat ini masih berada di Sumatera Barat, didampingi Ketua PD PERTI Sumbar, Prof Dr Sufyarma Marsidin, MPd, pada Rabu (1/3/2023) berziarah ke Surau Syekh Muhammad Jaho.

    Rombongan Ketum PP PERTI, Syarfi Hutauruk yang akrab disapa Buya Syarfi turut hadir pengurus lainnya disambut Ketua Yayasan MTI Jaho, Angku A Datuak Rajo Ameh beserta para guru dan pengurus yayasan lainnya.

    Salah seorang tokoh nasional Tarbiyah, Drs H Pasni Rusli, yang sehari-harinya Waketum PP PERTI, Kamis (2/3) menjelaskan ketokohan Syekh Muhammad Jamil Jaho, Ulama Pembaru dari Minang yang kerap dipanggil dengan sebutan Inyiak  Jaho.
     
    Pasni Rusli didampingi Humas PP PERTI, Ahaman Nurdin menuturkan Jaho adalah sebuah daerah kecil yang terletak di bukit Tambangan, antara wilayah perbatasan Aceh, Padang Panjang, dan Tanah Datar, Sumatra Barat. Daerahnya dikenal sejuk dan asri.

    Di tengah daerah yang indah itu, lahirlah seorang ulama yang sangat kharismatik. Beliau adalah Syekh Muhammad Jamil Jaho, yang kerap dipanggil dengan sebutan Buya Jaho, atau Inyiak Jaho, atau Angku Jaho.

    Syekh Muhammad Jamil Jaho lahir pada tahun 1875. Ayahnya bergelar Datuk Garang yang berasal dari Negeri Tambangan, Padang Panjang. Sang ayah pernah menjabat sebagai Qadhi Tambangan. Sementara ibunya, Umbuik, adalah seorang perempuan yang disegani di tengah-tengah masyarakat.

    Syekh Muhammad Jamil Jaho dibesarkan di tengah keluarga yang kuat menjalankan tradisi dan agama. Masa kecilnya dihiasi dengan nuansa religi yang sangat kental. Latar belakang keluarga yang alim inilah yang membuatnya senantiasa haus akan ilmu agama. Ia menuntut ilmu agama kepada ulama-ulama besar Minang di zaman itu.

    Beliau belajar Alquran dan kitab perukunan (kitab-kitab berbahasa Melayu yang ditulis dengan huruf Arab) dari ayahnya sendiri. Berkat kecerdasan dan kesungguhannya, pada usia 13 tahun, ia telah hafal Alqur'an dan isi kitab perukunan.

    Melihat kecerdasan dan kesungguhan Muhammad Jamil, sang ayah lalu berinisiatif untuk mengajarinya kitab-kitab kuning. Dalam waktu yang relatif singkat, Muhammad Jamil mampu mencerna maksud yang terkandung dalam kitab kuning tersebut, dan cakap menguasai bahasa Arab, baik secara lisan atau tulisan.

    Selepas menimba ilmu dari sang ayah, Muhammad Jamil pun memutuskan pergi menuju halaqah atau majelis ilmu pesantren milik Syeikh al-Jufri di Gunung Raja, Batu Putih, Padang Panjang. Selama belajar di pangkuan Syeikh al-Jufri, Muhammad Jamil menunjukkan ketekunan dan kecerdasannya sehingga ia pun menjadi murid kesayangan sang guru.

    Setelah menyelesaikan belajar di pesantren Syeikh al-Jufri pada tahun 1893, Muhammad Jamil melanjutkan pendidikannya ke seorang ulama fikih terkenal, Syeikh al-Ayyubi di Tanjung Bungo, Padang Ganting. Di pesantren barunya inilah Muhammad Jamil berteman akrab dengan Sulaiman ar-Rusuli, yang kelak menjadi seorang ulama terkenal dari tanah Minang. Keduanya adalah santri yang pandai, dan belajar dengan Syeikh al-Ayyubi selama enam tahun. Keduanya kemudian melanjutkan mengaji ke Biaro Kota Tuo, yang pada masa itu merupakan tempat berkumpulnya para ulama besar Minang.

    Pada tahun 1899, Muhammad Jamil dan Sulaiman ar-Rasuli pindah mengaji ke Syeikh Abdullah Halaban, seorang ulama Minang yang terkenal mahir dalam ilmu fikih dan ushul fikih. Di perguruan Syeikh Halaban inilah Muhammad Jamil dipercaya untuk menjadi seorang pengajar (ustadz) dan asisten pribadi Syeikh Halaban. Karenanya ia kerap dibawa serta ke pengajian-pengajian keliling negeri Minang oleh gurunya ini.

    Di tahun 1908, ia berkesempatan pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu agama. Sebelum berangkat ke tanah suci, Muhammad Jamil dipersuntingkan dengan gadis Tambangan yang bernama Saidah, yang kelak mengaruniai dua orang puteri bernama Samsiyyah dan Syafiah.

    A Ginandjar Sya'ban sebagaimana mengutip dari mukaddimah kitab Tadzkirah al-Qulub karangan Syeikh Jamil Jaho mengungkapkan bahwa saat di Makkah,

    Adi Kampai

    Adi Kampai

    Artikel Sebelumnya

    Tingkatkan Binrohtal Personel, Biro SDM...

    Artikel Berikutnya

    Resmi Mendaftar Caketum IKWAL Kota Padang,...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVny Nagari!
    Hendri Kampai: Revolusi Penulisan Rilis Berita dengan Bantuan Artificial Intelligence (AI)
    Pjs Wako Kembali Tegaskan ASN untuk Netral, Warga Jangan Terpancing Isu Negatif
    Keberhasilan Rusma Yul Anwar  Tekan Angka Kemiskinan Paling Rendah Sepanjang  Dua Periode Terakhir
    Heboh Gelar Doktor Honoris Causa dari Perguruan Tinggi Ilegal, Hendri Kampai: Prestise atau Prestasi Palsu?

    Ikuti Kami